Selasa, 21 April 2015

Konsep Perencanaan Pengajaran



Perencanaan adalah menyusun langkah langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
A.  Pengertian

William H Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and Management mengemukakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian rangkaian putusan yang luas dann penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode metode dan prosedurtertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari hari.
Terry (1993: 17) menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan. Untuk itu dibutuhkan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk masa mendatang.
Banghart dan Trull (1973) mengemukakan bahwa perencanaan adalah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan.
Sedangkan pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu dan mengarahakan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata lain pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. (Jones at.al dalam Mulyani Sumantri, 1988 :95).
Dalam konteks pengajaran perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian diatas, konsep perencanaan pengajaran dapat di lihat dari berbagai sudut pandang yaitu :
a.  Perencanaan Pengajaran Sebagai Teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku positif dan teori teori konstruktif terhadap solusi dan problem problem pengajaran
b.      Perencanaan Pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber sumber dan prosedur prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
c.   Perencanaan Pengajaran sebagai suatu didiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil hasil penelitian dan teori tentang tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
d.  Perencanaan Pengajaran sebagai sains adalah mengkreasi secara detail spesifiksi dari pengembangan, implementasi,evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran.
e.    Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
f.    Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realita adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dar waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.
B.     Dimensi Dimensi Perencanaan
Pertimbangan dimensi dimensi perencanaan menurut Harjanto (1997:5) memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien yakni:
1.    Signifikansi, tingkat signifikansi tergantung pada tujuan pendidikan yang diajukan dan signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria kriteria yang dibangun selama proses perencanaan.
2.   Feasibilitas, maksudnya perencanaan harus disusun berdasarkan pertimbangan realistis yang baik yang berkaitan dan biaya maupun pengimplementasiannya.
3.  Relevansi, konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian permasalahan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
4.    Kepastian, konsep kepastian minimum diharapkan dapat mengurangi kejadian kejadian yang tak terduga.
5.    Ketelitian, konsep pertama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatiakn secara sensitif kaitan kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen
6.      Adaptabilitas, diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik.
7.   Waktu, faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selainketerlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan.
8.  Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.
9.      Isi perencanaan ini merujuk pada hal hal yang akan direncanakan.
Pengembangan program pengajarann dimaksud adalah rumusan rumusan tentang apa yang akan dilakukan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, sebelum KBM sesungguhnya dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan dalam merencanakan program. Hidayat (1990: 11) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain:
1.      Memahami kurikulum
2.      Menguasai bahan ajar
3.      Menyusun program pengajaran
4.      Melaksanakan program pengajaran
5.      Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
C.     Manfaat Perencanaan Pengajaran
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu :
1.      Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
2.      Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan
3.      Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid
4.      Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan
5.      Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
6.      Untuk menghemat waktu, tenaga, alat alat dan biaya.
 
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Kamis, 02 April 2015

Pembelajaran Experience dan Kontekstual



1.      Pendahuluan

Tujuan dari belajar bukan semata mata berorientasi pada penguasaan materi dengan menghafal fakta fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pembelajaran. Menurut Mahfudin dalam makalahnya, model pembelajaran experiential learning merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana murid mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model ini, murid belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini di karenakan murid dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman.
Pepatah mengatakan bahwa “pengalaman adalah guru yang paling baik”. Maka hal yang sama telah dikemukakan oleh Confucius beberapa abad lalu : “What I hear, I forget; what I hear and I see, I Remember a little, What I hear , see and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand, what I hear, see, discuss and I do, I acquire knowledge and skill, What I teach to another, I master”. Jika pernyataan Confucius tersebut dikembangkan secara sederhana, maka akan didapat suatu cara belajar berupa cara belajar dengan cara mendengar akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengar, melihat dan mendiskusikan dengan murid lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbaik adalah dengan mengerjakan. Dengan mengalami materi belajar secara langsung, diharapkan murid dapat lebih membangun makna serta kesan dalam memori.

2.      Konsep Model Experiential Learning

Dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980 an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam Experiental Learning, pengalaman mempunyai peran sentral dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT dari teori teori belajar lainnya. Istilah “experiential” disini untuk membedakan antara teori belajar kognitif yang cenderung menekankan kognisi daripada afektif dan teori belajar behavior yang menghilangkan peran pengalaman subyektif dalam proses belajar (Kolb dalam Baharudin dan Esa,2007:165).
Model experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, Mahfudin menyimpulkan bahwa experintial learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan, guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi murid dengan tiga cara yaitu:
a.       Mengubah struktur kognitif murid
b.      Mengubah sikap murid, dan
c.       Memperluas keterampilan keterampilan murid yang telah ada

Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif. Experiential learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan murid. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan murid secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh murid sendiri, dan adanya efek yang membekas pada murid.
Model experiential learning memberi kesempatan kepada murid  untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka , keterampilan keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut.
Adapun Prosedur pembelajaran dalam experiential learning terdiri dari empat tahapan yaitu :
1)      Tahapan Pengalaman nyata
2)      Tahap Observasi refleksi
3)      Tahap Konseptualisasi dan
4)      Tahap Implementasi

Dalam tahapan di atas, proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang dialami seseorang. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara individu. Dalam proses refleksi seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dialaminya.
Menurut experiential learning theory, agar proses belajarmengajar efektif, seorang murid  harus memiliki empat kemampuan (Nasution dalam Baharuddin Esa,2007:167). Empat kemampuan tersebut yaitu :
Kemampuan
Uraian
Pengutamaan
Concrete Experience/ CE
Murid melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru
Feeling/Perasaan
Reflection Observation /RO
Murid mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segi
Watching/ Mengamati
Abstract Conceptualization / AC
Murid menciptakan konsep konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat
Thinking/ Berfikir
Active Experimentation/ AE
Murid menggunakan teori untuk memecahkan masalah masalah dan mengambil keputusan
3/ Berbuat

3.      Siklus Pembelajaran  Experience

Menurut Kolb (1984) model Action Research and Laboratory Training yang dikemukakan oleh Lewin menyebutkan bahwa belajar, perubahan dan pertumbuhan terjadi melalui penghayatan pengalaman”sekarang dan disini”, yang diikuti oleh pengumpulan data dan observasi terhadap pengalaman serta analisis data. Hasil dari analisis data inilah yang digunakan untuk memperbaiki pengetahuan dan memilih pengalaman baru.
Model pembelajaran Dewey sangat mirip dengan Lewin, tetapi ia membuat lebih eksplisit sifat perkembangan belajar yang tersirat dalam model Lewin, sebagai proses umpan balik yang menggambarkan bagaimana belajar mengubah impuls, perasaan dan keinginan dari pengalaman nyata ke urutan yang lebih tinggi. Menurut Dewey, belajar merupakan proses yang mengintegrasikan pengalaman dengan konsep, pengamatan dan tindakan. Impuls/ dorongan pengalaman melahirkan pengetahuan/ knowledge untuk bertindak/ judgement. Penundaan tindakan sangat penting untuk melakukan observasi / pengamatan dan penilaian dalam pencapaian tujuan. Proses ini terjadi melalui integrasi pengalaman, pengetahuan, observasi dan tindakan.
Piaget menyebutkan bahwa belajar merupakan siklus interaksi antara individu dengan lingkungan, dengan unsur pokok terletak pada interaksi yang menguntungkan antara proses akomodasi konsep terhadap pengalaman nyata dengan proses asimilasi pengalaman terhadap konsep yang dimiliki. Piaget dalam Piaget’s Model of Learning and Cognitive Development Piaget dalam Kolb, 1984﴿ menyebutkan bahwa perkembangan kognitif bergerak dari konkret menuju abstrak dan dari aktif menuju reflektif tergantung pada proses asimilasi dan akomodasi.

A.    Pembelajaran Kontekstual

1.      Pendahuluan

Salah satu unsur terpenting dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah pemahaman guru untuk menerapkan strategi pembelajaran kontekstual dalam kelas. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey 1916) yang menyimpulkan bahwa murid akan belajar dengan lebih baik jika apa yang dipelajari terkait apa yang telah diketahui, dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menenkankan pada daya pikir yang tinggi , transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok (Badruzaman,2006). 

2.      Pengertian

Strategi pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik, dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan metari tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari hari, sehingga siswa memiliki kemampuan atau ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan/ konteks lainnya.
Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas/ siswa.
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendororng siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang efektif yakni : kontruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya.
3.      Elemen Belajar yang Konstruktif

Menurut Zahorik1995:14-22) terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktetk pembelajaran kontekstual yaitu :
a.       Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada/ activating knowledge
b.      Pemerolehan pengetahuan baru / acquiring knowledge dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detainya.
c.      Pemahaman pengetahuan/ understanding knowledge yaitu dengan cara menyusun konsep sementara, melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan atau validasi dan atas dasar tangapan itu, konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
d.      Mempraktikan pengatahuan dan pengalaman tersebut/ applying knowledge
e.      Melakukan refleksi/ reflecting knowledge terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.
4.      Langkah Langkah Contextual Teaching and Learning/ CTL
a.       Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilannya
b.      Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c.       Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d.      Ciptakan masyarakat belajar
e.       Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f.       Lakukan refleksi diakhir pertemuan
g.      Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

5.      Karakteristik Pembelajaran CTL
a.       Kerjasama
b.      Saling menunjang
c.       Menyenangkan, tidak membosankan
d.      Belajar dengan bergairah
e.       Pembelajaran terintegrasi
f.       Menggunakan berbagai sumber
g.      Siswa aktif
h.      Sharing dengan teman
i.        Siswa kritis guru kreatiif
j.        Dinding dan lorong penuh dengan hasil kerja siswa
k.   Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetpi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain lain.

Sumber : Majid, Abdul dan Rochman Chaerul. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya