Kamis, 02 April 2015

Islam Tidak Melarang Cinta



Islam tidak melarang cinta. Namun Islam melarang melampaui batas karena cinta dalam bentuk apapun, baik dengan pendengaran, ucapan, maupun sentuhan yang tidak diperkenankan dalam syara’. Kalau pandangan yang terus menerus saja dilarang dalam Islam, lalu bagaimana dengan pertemuan yang tidak dibolehkan syara’? Nabi Bersabda :
“Wahai Ali, Janganlah kau ikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua. Karena pandangan pertama adalah bagimu dan pandangan yang kemudian bukan bagimu.”(HR. Tirmidzi, bab Adab no 2777 dan Abu Dawud bab Nikah no.2149). Hadits ini dihasankan oleh Al Albani.
Dari Abdullah bin Mas’ud, bahwa ia berkata: “Rasulullah telah bersabda: “Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lainnya kemudian melukiskan kepada suaminya (keadaan wanita tersebut) seakan akan suaminya melihat wanita itu.”(HR. Bukhari).
Maksudnya janganlah seorang istri menceritakan perihal wanita lain kepada suaminya sehingga seakan akan suaminya melihat wanita tersebut. Wahai Pecinta!.......kiaskanlah keadaanmu dengan hadits ini agar kamu mengetahui batas batas hakmu bersama gadis yang kau cintai. Perhatikanlah juga keadaanmu wahai saudariku yang sedang kasmaran denagn membandingkan keadaanmu terhadap hadits ini agar kamu mengetahui batasan batasan hak mu bersama dengan orang yang kau cintai.
Sebagaimana telah kami katakan bahwa Islam menegakkan kehidupan berdasarkan cinta dan kasih sayang yang disyariatkan Rasulullah SAW. Rasulullah sendiri sangat mencintai Khadijah hingga posisi cinta itu tak bisa digantikan dengan yang lainnya sampai beberapa tahun sesudah wafatnya Khadijah. Beliau bersabda:”Allah tidak memberikan kepadaku ganti yang lebih baik daripada dia. Ia telah beriman kepadaku ketika orang lain mengingkariku. Ia membenarkanku ketika orang orang mendustakanku, ia menolongku dengan hartanya ketika orang lain menghalangiku. Allah menganugerahkan anak anaknya untukku dan Dia menghalangiku dari anak anak orang lain/istri istriku yang lain.HR. Ahmad dalam Kitab Musnadnya).
Pada suatu hari sesudah wafatnya Khadijah, tampak Halah binti Khuwailid, saudari Khadijah bertamu ke rumah ‘Aisyah sementara pada saat itu Rasulullah SAW sedang berada dihalaman. Halah pun mengucapkan salam sedangkan suaranya mirip dengan suara Khadijah, sang istri yang 777mulia, berharga dan kekasih hati Nabi SAW. Hati Nabi menjadi bergetar seketika sehingga lidahnya mengucapkan:”Ya Allah, Halah.” Dalam riwayat Muslim disebutkan:” Ya Allah Halah binti Khuwailid.” ‘Aisyah berkata:” Aku menjadi cemburu dan berkata,”Apakah yang membuatmu terus teringat kepada salah satu wanita tua Quraisy yang merah sudut mulutnya/ kinayah terhadap lanjut usianya dan telah meninggal dunia, sedangkan Allah telah memberi ganti yang lebih baik untukmu daripadanya(karena ‘Aisyah masih muda dan cantik).” Rasulullah menjadi sangat marah dan bersabda:” Demi Allah, Allah tidak memberikan ganti yang lebih baik daripada dia. Dia telah beriman kepadaku ketika orang lain mengingkariku...”hadits terdahulu. (HR. Muslim pada bab Keutamaan Shahabat no 2437).
Apabila Rasulullah SAW menyembelih seekor kambing, beliau bersabda: ” Kirimkanlah untuk sahabat sahabat Khadijah.” ‘Aisyah berkata :” Pada suatu hari aku membuatnya marah dengan berkata:” Khadijah?” Rasulullah SAW bersabda : “Aku telah dikaruniai perasaan cinta kepadanya.”(HR. Muslim pada bab Keutamaan Shahabat no 2435)
Wahai Saudaraku muslim, bisakah engkau melukiskan cinta itu?
Wahai Saudariku muslimah, bisakah engkau melukiskan cinta itu?


Adakah diantara kita yang menginginkan cinta seperti cinta Rasulullah SAW kepada Khadijah?
Islam senantiasa beriringan dengan cinta suci dan terjaga lagi mulia yang tak lekang oleh waktu, tidak pudar karena menikah dengan wanita yang muda lagii cantik, tidak digoyahkan oleh kekayaan setelah sebelumnya miskin, tidak diubah oleh sakit sesudah sehat, dan tidak pula mampu digeser oleh mati sesudah hidup.
 
Sumber : Dr. Nazmi Khalil Abu’Atha. Menuntun Cinta Menuju Surga.2006. Yogyakarta: Hikam Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar